Si Bungsu

Kali ini, halaman ini ku dedikasikan kepada Si Bungsu, Salimah si Imot. Tidak ada angin, tidak ada hujan, entah bagaimana, Imot selalu menjadi yang paling berisik. Teringat kejadian siang tadi menuntun jemariku untuk mengkisahkannya.

Si bungsu kelas 2 SMP ini lagi hobi-hobinya baca fanfiction (ff). Ya, cerita khayalan fans terhadap bias kekoreaannya. Pecahnya tawa di tengah senyapnya ruang jadi hal yang biasa ku dengar. Tak jarang ku lempar dengan gurau, "mi ada orang gila" karena tawanya yang meledak tanpa bom. Bagian terbaiknya, dia membalas dengan, "yang ngomong barusan mi" hahahaha. Sejak kapan adik aing bisa ngelucu? Ya, respon seperti itu sangat lucu bagiku.

Imbasnya, ternyata selain membaca dia juga suka menulis. Ya tentu saja apa lagi kalau bukan day dreaming fanfiction-nya. Tapi, tidak apa, memupuk ide akan menumbuhkan buah karya bukan? Maksudku, aku dukung dia tentang menulisnya meski kadang sering dibalas tatapan 'apa lo liat-liat' saat mataku berlabuh di layar kertas digitalnya.

Teringat kembali di lain waktu. Beberapa waktu ke belakang. Saat entah bagaimana jiwa gulat gurau ku ingin sekali keluar. Melempar bantal, siapa cepat sentuh menyentuh, adu mengadu kegilaan kepada umi, hingga suit memperebutkan baju tidur kesukaan. Hah! Tidak habis pikir mengapa ia mau meladeni kakaknya yang sangat aneh ini! Bahkan cap 'autis' pernah terlempar darinya, tapi tetap saja ditumbuk dengan ide konyolnya.

Di lain masa ke belakang lagi. Ia sangat mudah menyadari perubahan suasana hatiku. Ya, semenjak kejadian itu. Dengan tangannya mengibas-ngibas udara di hadapanku, dengan santai ia berkata, "sabar-sabar, jangan bar-bar" hahahaha siapa mengira mendengarnya saja ternyata membuatku tertawa!

Kalaulah kita mundur kembali... Suatu masa di mana tak habis waktuku untuk bersedih --dengan tangisan, tatapan muram, perubahan hati yang terlalu cepat. Terlontar kalimatnya dari umi, "kak, tahu ga, Ima dulu sering banget bilang ke umi, kakak kenapa sih gak bisa biasa aja? Gitu aja nangis!" Hahahaha. Perhatian macam apa itu???

Ya, setelah semua kejadian penuh derita dan membawa tawa setahun setelahnya, aku menyadari, dengan cukup menyesal tapi tidak apa, bahwa aku melewatkan banyak waktu bersama orang yang seharusnya lebih berhak mendapat seluruh tatapan jiwa dan ragaku --terlebih adikku, Si Bungsu.

Dia sedang menelusuri masa remajanya, tapi kakaknya sibuk bertengkar dengan masa pendewasaannya. Huh payah sekali. Sungguh, Allah Maha Baik.

Jadi, kali ini, aku benar-benar membangun istana kami kembali, semampu kami. Tengkar tidak pernah bubar, tapi tawa selalu segar. Terima kasih, cantik, sudah memberi banyak hal kepada kakakmu yang banyak sok tahu ini. Semoga kamu selalu memberi cahaya surga seperti namamu, Salimah Nurul Jannah.💕


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Kun Anta

Resensi Buku Bidadari Bermata Bening

My ABC Friends