Dering Melengking
Dentuman yang hebat. Kepala dan seisinya. Bukan tanpa sebab, tapi juga tidak ada obat. Sakit sekali menahannya. Bahkan saya masih ingat pertama kali ia muncul. Di tengah ujian, saat mengerjakan soal. Tanpa badai, tanpa petir. Tanpa masalah berarti sebelum ujian--tidak merasa stres, persiapan oke, batin mengadu santai. Tapi sakitnya luar biasa.
Sejak itu, semua yang berhubungan dengan masalah manusia, membuat kepala saya berdentum kencang. Sangat keras. Tidak bisa ditahan. Terlebih karena masalah itu. Bukan hendak menyudutkan penyebab. Tapi semua memang berawal dari itu.
Semua aktivitas terhenti. Sekalipun sedang belajar, sekalipun mata menatap layar dan tangan menggenggam pena menyentuh secarik kertas, berisiknya kepala tidak mampu didiamkan. Sekalipun tidur, dia tetap meneriakkan berbagai pertanyaan yang sampai saat ini belum mampu ada yang menjawabnya.
Sungguh, sakit sekali. Basahnya pipi pun tidak terasa... Cerita ke orang lain pun tidak meredakannya.
Kenapa aku jadi aku?
Sejak itu, semua yang berhubungan dengan masalah manusia, membuat kepala saya berdentum kencang. Sangat keras. Tidak bisa ditahan. Terlebih karena masalah itu. Bukan hendak menyudutkan penyebab. Tapi semua memang berawal dari itu.
Semua aktivitas terhenti. Sekalipun sedang belajar, sekalipun mata menatap layar dan tangan menggenggam pena menyentuh secarik kertas, berisiknya kepala tidak mampu didiamkan. Sekalipun tidur, dia tetap meneriakkan berbagai pertanyaan yang sampai saat ini belum mampu ada yang menjawabnya.
Sungguh, sakit sekali. Basahnya pipi pun tidak terasa... Cerita ke orang lain pun tidak meredakannya.
Kenapa aku jadi aku?
Komentar
Posting Komentar