Proses, Rindu, dan Kertas

Kalau belajar adalah sebuah proses, maka nafas terakhirlah yang akan mengakhirinya. Layaknya perjalanan, proses membutuhkan berbagai daya dukung yang kuat. Entah sumber daya fisik, entah sumber daya nonfisik -mental. Layaknya jendela, ilmu menjadi sesuatu yang parameter pemahamannya tidak diketahui. Entah di bidang sains, entah di bidang bahasa -karena semuanya terus berkembang.

Termasuk belajar tentang kehidupan -seni mempelajari keterkaitan antara usaha dan takdir, antara hati dan akal, dan semua antara yang berkebalikan.

Hari ini, kertas-kertas kuliah tatap mukaku jadi saksi bahwa aku merindukan belajar. Oh, tidak, kali ini rindu itu jatuh pada statistik. Ya, merindukan suasana pusing-rumit-tapi menyenangkan saat berusaha memahaminya itu. Dalam hati, sebelum ku memulainya, terbersit sebuah pertanyaan: what actually are you doing, shaf?

Dengan jawaban sederhana dalam hatiku: tidak ada yang sia-sia. Terlepas dari entah apapun alasanku dan semua resiko runtuhnya alasanku, aku memilih untuk mencoba. Ya, menerawang masa-masa tingkat 2 perkuliahanku.


Foto diambil dari catatan pada salah satu bagian dari buku karangan William W. S. Wei (2006)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Kun Anta

Resensi Buku Bidadari Bermata Bening

Tanpa Bingkai