Seni dan Rasa

Seni mengolah rasa --yang belakangan ini banyak diajari oleh teman-teman sekeliling saya saat ini. Iya, teman sepekerjaan di semester 5 dan 6 sampai awal semester 7.

Semua berubah ketika tugas akhir menyerang. Masa peralihan semester yang begitu memilukan silih berganti senyum antarkesedihan. Berbagai cara ditempuh, tapi pintu keluar tak kunjung ketemu.

Berbagai ungkapan yang dilemparkan tak kunjung reda, hingga... Kalimatnya merasukiku.

Seni bersikap biasa saja --yang akhirnya meniadakan semua rasa yang bergelimpang di dada. Iya, masih dengan teman sepericuhan yang giat bekerja itu.

Menafikkan segala daya semangat dalam ungkapan candanya yang serius, menggertakkan suara saat sesuatu benar-benar menjadi tekadnya, menindak semua bentuk kelemahan agar tak tampak, memotret berbagai rasa dalam untaian gambar berjalan, bahkan tak sesekali menggagalkan pesan teriakan batinnya.

Ya, Maha Baik Allah yang selalu menutupi aib-aib kita.

Seni mempelajari rasa --yang semua kalimatnya ku terapkan pada kalimatku dan rasaku. Senang sekali mendapatkan banyak pengetahuan tentang bagaimana harus merasa dengan sudut pandang yang lebih manusiawi. Iya, dia si teman penakutku dalam berbagi rasa perskripsiannya yang sebenarnya.


Maka kalimat andalanku: apapun itu, semangat ya untuk apapun itu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Kun Anta

Resensi Buku Bidadari Bermata Bening

My ABC Friends