Membayar Masa Remaja

Saat anak memasuki usia sekolah menengah, baik pertama maupun atas, maka orang tua memasuki fase kerumitan lainnya. Setelah hal-hal dasar diperoleh dari tempat pendidikan pertamanya -rumah-, orang tua kali ini harus memutar otak: di mana sekolah berikutnya untuk anak saya?

Dilema berbagai jenis ketersediaan pilihan sekolah menjadi salah satu topik penting di kalangan orang tua. Kehadiran boarding school yang sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu kala dengan nama sejenis -asrama, tinggal di indekos, belajar jauh dari rumah- membuat sebuah keputusan makin rumit diambil.

Dengan kelebihan menjadikan anak belajar mandiri untuk menyelesaikan berbagai kegiatan sendiri, bertanggung jawab atas perihal yang ia jalani sendiri, belajar bersosialisasi dengan berbagai jenis pribadi sekaligus, termasuk mendalami ilmu pengetahuan yang bersumber dari buku -layaknya sekolah formal biasa-, apakah lantas menyekolahkan sang anak di boarding school membuat sang anak berhasil demikian?

Tergantung.

Terlalu banyak faktor yang membuat kemungkinan hasilnya berhasil demikian dan terlalu banyak faktor pula yang membuat kemungkinan tidak berhasil bisa terjadi.

Ada hal-hal yang harus jadi bayaran juga saat anak masuk boarding school. Biaya per bulan yang harus dilunasi orang tua, tentu bukan  hanya sekedar biaya yang bersifat materiil, tetapi juga biaya psikologis yang harus direlakan.

Biaya materiil di sini memang terbilang tergantung dari kemampuan orang tua itu sendiri, semisal jumlah tanggungan lain yang harus dipikirkan, karena anaknya lebih dari satu. Biaya materiil ini terdiri dari biaya pendidikan itu sendiri, biaya berkunjung rutin ke sekolahnya yang biasanya terletak di luar kota tempat tinggal; biaya rutin untuk uang saku sang anak; belum lagi biaya-biaya lain yang tiba-tiba diminta sang anak untuk keperluan ini-itu.

Tapi, biaya psikologisnya...?

Apakah rasa sayang setelah menahan rindu dapat terbayar karena bertemu rutin itu sebanding dengan berbagai pertolongan dan kedekatan lainnya yang bisa sang anak terima bila ia di rumah?
Apakah canda-tawa saat bertemu rutin yang biasanya tergantung biaya yang dimiliki -entah rutin menjenguk sebulan sekali, 2 bulan sekali, bahkan sesemester sekali- sebanding dengan ejekan canda saudara-saudaranya bila sang anak di rumah?

Semoga, keputusan apapun yang sudah atau akan kita ambil sebagai orang tua nanti, membawa berkah untuk kehidupan kita --orang tua dan anak-anaknya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Kun Anta

Resensi Buku Bidadari Bermata Bening

My ABC Friends