Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

USM STIS Tahap 3: Tes Kesehatan

Aloha! Setelah selesai TKD, perjuangan belum boleh berhenti. Sebelum peserta TKD meninggalkan tempat tes, diberikan pemberitahuan mengenai rumah sakit untuk tes kesehatan sebagai ujian tahap akhir. Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa menjadi tempat ujian terakhirku. Medical check-up seperti tes-tes pada umunya dilakukan pada pengujian ini. Mulai dari tes gula darah, tes urin, pengecekan paru-paru, sampai tes pemeriksaan fisik lainnya. Sangat dianjurkan bahwa sehari dua hari sebelum tes ini diusahakan meminum air putih sebanyak-banyaknya dan tidak mengkonsumsi air berwarna keruh -apa pun itu, teh sekalipun. Karena ini sangat memengaruhi urin yang akan dihasilkan. Setelah mencoba mencari karakteristik urin yang bagus, ialah yang berwarna kuning bening (bahkan tidak nampak kekuningannya). Dan diperintahkan untuk berpuasa dari pukul sekian hingga pukul sekian malam (lupa, hehe). Dua hari setelah TKD, kali ini aku ditemani ibu ke RSAU yang berlokasi di Halim Perdana Kusu...

USM STIS Tahap 3: TKD

Dipelopori keseruan semalam saat membahas kisah perjuangan masa lampau bersama teman, juga ditambah permohonan maaf karena baru menulis ini, wkwkwkwk, mari kita ukir perjalanan dan tips n triks USM STIS Tahap 3 tahun 2016. Seperti di postingan sebelumnya, USM STIS tahun 2016 punya tahapan yang sebenarnya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan berbeda dengan tahun-tahun setelahnya (2017-2019). Kali ini, bukan perbedaannya yang akan dibahas melainkan USM tahun 2016 itu sendiri. Pada tahap ketiga ini, ada dua jenis ujian, yaitu TKD (Tes Kompetensi Dasar) dan Tes Kesehatan. TKD ini seperti ujian masuk bagi siapa saja yang mendaftar menjadi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) dengan tiga jenis soal, Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelegensia Umum (TIU), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP). TWK berisi tentang soal kewarganegaraan, seperti sejarah Bangsa Indonesia, ketatanegaraan, Pancasila, dan aturan/dasar hukum negara. Jenis soal ini dipenuhi dengan pasal-pasal mulai dari yang p...

Poros yang (Entah) Berlalu

Biru kelabu. Semilir angin menggebu. Menyudutkan rindu yang membisu. Mendapati sisi dari masa lalu. Bukan tidak tahu, Hanya saja terasa pilu. Mendapati pola tertentu. Yang bermuara pada suatu pintu. Bukan tentang kesalahan itu, Hanya saja terasa sendu. Kepadaku, Wahai penikmat tulisanmu.

Menulis di Mana Saja, Mengamati Apa Saja

Gambar
Hola! Selamat apapun bagi kamu yang sedang membaca ini, semoga usahamu membuahkan hikmah untukmu. Dewasa ini, gadget berupa handphone rasanya menjadi kebutuhan primer setiap orang. Di mana ada orang, di tangannya ada handphone . Tidak dipungkiri, kehadirannya membuat jendela dunia serasa ada di genggaman kita. Bagi kalian pecinta keramaian yang sunyi, handphone menghadirkan dunia maya yang begitu luas. Seperti postingan sebelumnya: Menulis di Mana Saja, tapi di Mana Saja Tidak Selalu Menulis, ada cara lain mengikat ilmu, yaitu dengan memandangi orang lain. Pernahkah kalian benar-benar pergi mengunjungi tempat-tempat tertentu, seperti bioskop, taman, atau tempat berkerumunnya banyak orang, sendirian? Entah dengan tujuan menonton film, entah berkunjung, apa pun itu, tapi kalian benar-benar melakukannya sendiri? Bersiap tanpa persiapan yang berarti, berjalan dengan sangat lamban, duduk atau pun berdiri yang tanpa mengeluarkan banyak tenaga, kemudian memandangi orang-orang. Hany...

Menulis Di Mana Saja, Tapi Di Mana Saja Tidak Selalu Menulis

Hai, bloggers! Ya, begitulah sapaan pembaca Blog yang biasa dibuat oleh blogger-blogger seantero Indonesia, yang padahal belum tentu ada yang membacanya, hehe. Tapi, tidak apa. Paragraf iniyang akan dimulai dengan pertanyaan kenapa saya nge-blog lagi? Saya memang suka menulis, tapi kebanyakan hanya tentang rentetan kejadian yang menghinggapi saya di suatu lini waktu. Dan seringnya memutuskan untuk tidak diungkapkan kepada khalayak. Yap, seperti diary yang hanya disimpan kisah-kasihnya di kalender pribadi. Tapi, tidak untuk semua hal. Hal lainnya, sangat sering saya publish . Di mana lagi kalau bukan tempat cuitan yang cocok untuk menghidupkan diary online sejuta umat, Twitter! Berbeda dengan Blog, Twitter menyajikan tampilan cuitan dari orang-orang yang kita ikuti, baik berupa retweet -nya (cuitan yang kemudian dicuitkan kembali) maupun like -nya (cuitan yang muncul karena disukai oleh orang yang kita ikuti). Sesederhana menulis singkat, cukup sampai 280 karakter. Dengan memanfaat...

Kepahitan yang Manis

Ah... Aku melewatkan banyak hal yang seharusnya ku tulis. Mulai dari tegangnya detik-detik pengambilan keputusan, keresahan berbulan-bulan, ketidakpastian yang menghantui, keragu-raguan yang kian mengakar, kekesalan demi kekesalan yang bertumpuk, kesedihan yang tak terlihat ujungnya, hingga keseruan menanti pintu-pintu kehidupan berikutnya. Ya, itulah gambaran tahun 2018-2020 versiku. Yang penuh dengan kesesak-nafasanku menjalani hari demi harinya. Hingga kini, di Maret 2020, aku hanya menertawainya. Bukan karena lucu tentunya, melainkan tidak bukan karena tidak bisa ku apa-apakan lagi. Oh jangan tanya soal penyesalan, karena hariku dihantui itu tiap jamnya. Tapi silakan tanya, apa yang ku dapat dari semua itu? Tidak lebih dan tidak kurang adalah makna kehidupan yang tidak ku ketahui artinya. Tapi, kali ini, aku tidak ingin menulis bagian itu. Karena aku tau, bahwa tulisan ini tidak akan pernah selesai nantinya -butuh jawaban yang mungkin aku rasakan nanti atau mungkin tidak pern...