Goresan Kasih
Saya berakhir di laman ini. Setelah Human Development Report dan The World Bank Data jadi tujuan, saya mampir lagi ke sini. Lagi-lagi, menulis cerita fiksi yang nyata.
Sebelum sampai ke tulisan ini, banyak sekali yang bertamu di pikiran saya untuk dituang. Mulai dari pikiran-pikiran kemungkinan ekstrem saya, mengenang kisah kasih di Jalan Simatupang, dan kecerobohan tingkat akut saya perihal kunci tertinggal.
Kali ini, yang akhirnya sampai di sini, tentang sebuah rasa: 'benar ya, kita ini makhluk yang kecil sekali.'
Tidak, tidak. Kejujuran kali ini tidak apa saya goreskan di hati, sesekali. Haha. Yang pertama kali keluar di benak saya, benar-benar yang paling murni, yang paling tidak bisa dielak motivasi positif mana pun dan dari siapa pun: "payah sekali saya."
Mendapati banyak pernyataan benar dan tepat, ternyata akan tetap terasa benar dan tepat, walau perih. Hahaha. Sungguh, payah sekali.
Ah... rupanya saya tidak sanggup menuangkannya.
Sekian.
Dan, mohon maaf, ya, Pak Dosbing, atas berbagai kekurangan saya yang payah sekali.
Sebelum sampai ke tulisan ini, banyak sekali yang bertamu di pikiran saya untuk dituang. Mulai dari pikiran-pikiran kemungkinan ekstrem saya, mengenang kisah kasih di Jalan Simatupang, dan kecerobohan tingkat akut saya perihal kunci tertinggal.
Kali ini, yang akhirnya sampai di sini, tentang sebuah rasa: 'benar ya, kita ini makhluk yang kecil sekali.'
Tidak, tidak. Kejujuran kali ini tidak apa saya goreskan di hati, sesekali. Haha. Yang pertama kali keluar di benak saya, benar-benar yang paling murni, yang paling tidak bisa dielak motivasi positif mana pun dan dari siapa pun: "payah sekali saya."
Mendapati banyak pernyataan benar dan tepat, ternyata akan tetap terasa benar dan tepat, walau perih. Hahaha. Sungguh, payah sekali.
Ah... rupanya saya tidak sanggup menuangkannya.
Sekian.
Dan, mohon maaf, ya, Pak Dosbing, atas berbagai kekurangan saya yang payah sekali.
Komentar
Posting Komentar