Serdadu Langit
Berawal dari Melepas Rindu milik Kitten Dream, saya sampai kepada Kosan Kurang Pahala si Lambda Creative. Sebenarnya berawal dari Cara Terbaik Memandang Bulan, saya selalu berakhir pada rasa penasaran dari si plot twister, ya doi si penulis. Belum kenal? Iya, dia, penulis skenario terkenal seantero 58. Hahaha aku yang tinggal di gua saja tahu, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Soon, he'll gonna make terkenal se-BPS, buruan kenalan gih!
Sorotan kali ini, bukan kepada Melepas Rindu atau pun penciptanya. Bukan juga kepada usaha produksi bidang perfilman, apalagi penulis skenario dibaliknya. Ulasan kali ini... Jatuh kepada kalimat Malik dalam Kosan Kurang Pahala.
"Tau aja ya si pandemi, siapa tau besok-besok susah buat kumpul-kumpul lagi."
Kutipan percakapan di atas terdengar di episode final dari karya terbaru Lambda yang terbit di kanal Spotify. Mendengarnya membuatku merinding terngiang-ngiang atas ucapan setahun laluku. Satu hal yang pasti unik, sudut pandang orang-orang dalam melihat kondisi pandemi saat ini ya tentu tidakkan sama satu dengan lainnya, termasuk saya.
Genap sudah pekan ke-10 karantina mandiri saya lakukan sejak pertemuan terakhir bersama teman grup Kantor Staf saya. Yang tanpa saya sadari menjadi pertemuan terakhir bersama teman-teman hingga saat ini. Rasanya sudah bercampur aduk, tidak tahu yang sebenarnya.
Tepat pada 23 Januari 2019 silam, saya bersama teman sebangku sekaligus tim inti riset pernah mengucap suatu keinginan. Keinginan yang tumbuh sebagai harapan menyeimbangkan kehidupan gila kami di tingkat 3. Bukan tanpa berpikir karena asal sengaja menyebutkan, bukan juga karena ingin berlari dari semua terpaan ujian. Ia murni sebuah keinginan...
Sorotan kali ini, bukan kepada Melepas Rindu atau pun penciptanya. Bukan juga kepada usaha produksi bidang perfilman, apalagi penulis skenario dibaliknya. Ulasan kali ini... Jatuh kepada kalimat Malik dalam Kosan Kurang Pahala.
"Tau aja ya si pandemi, siapa tau besok-besok susah buat kumpul-kumpul lagi."
Kutipan percakapan di atas terdengar di episode final dari karya terbaru Lambda yang terbit di kanal Spotify. Mendengarnya membuatku merinding terngiang-ngiang atas ucapan setahun laluku. Satu hal yang pasti unik, sudut pandang orang-orang dalam melihat kondisi pandemi saat ini ya tentu tidakkan sama satu dengan lainnya, termasuk saya.
Genap sudah pekan ke-10 karantina mandiri saya lakukan sejak pertemuan terakhir bersama teman grup Kantor Staf saya. Yang tanpa saya sadari menjadi pertemuan terakhir bersama teman-teman hingga saat ini. Rasanya sudah bercampur aduk, tidak tahu yang sebenarnya.
Tepat pada 23 Januari 2019 silam, saya bersama teman sebangku sekaligus tim inti riset pernah mengucap suatu keinginan. Keinginan yang tumbuh sebagai harapan menyeimbangkan kehidupan gila kami di tingkat 3. Bukan tanpa berpikir karena asal sengaja menyebutkan, bukan juga karena ingin berlari dari semua terpaan ujian. Ia murni sebuah keinginan...
Lagi-lagi, Maha Besar Allah yang selalu Maha Mendengar. Memang sebuah hakikat do'a, ada yang langsung dikabulkan, ada yang dikabulkan nanti, ada yang diganti dengan yang lebih baik. Tentu langsung dari-Nya. Perihal kemampuan kita yang tak sanggup menerawang itu membuat ikhtiar kita menjadi sesuatu yang istimewa di hadapan-Nya.
Iya, bukan Allah yang tidak tahu, tapi Allah yang ingin bermesraan dengan hamba-Nya.
Lagi-lagi, Maha Tinggi Allah yang selalu Maha Kuasa. Bahwa sebuah ucapan memang mengalirkan do'a dari makhluk-makhluk yang akan menyampaikan kepada-Nya.
Selamat bersenandung takbir. Semoga kita jadi pemenang di penghujung bulan suci ini. Jangan lupa berkrim kabar terbaik dari lantunan do'amu ya!
Karena do'a adalah cinta terbaik untuk saudara kita.
Selamat idul fitri 1441 Hijriah!
Komentar
Posting Komentar