Tahun Berlalu

Tiga tahun pandemi berlalu, aku tersadar, banyak sekali hal-hal yang sudah ku lewati, kejadian-kejadian baru yang datang mengiringi, hingga perasaan-perasaan yang melekat di hati.

Tiga tahun pandemi berlalu, tepat dua tahun sudah kelulusanku, berbagai macam hal yang menjadi pengalaman di masa sulit kuliah itu... berhasil ku lewati. Sibuknya membuat modul-ringkasan bimbel, menjadi tutor yang membutuhkan banyak persiapan, belajar menuju deg-degannya ujian bahkan hingga di tingkat terakhir, tegangnya nadi menghadapi PKL yang rasanya tak kunjung usai, hingga akhirnya dinyatakan lulus, bahkan dengan prestasi yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Saat ini, bila mengenangnya, hanya tersisa perasaan haru atas kuatnya diri ini menghadapi itu semua, kala itu.

Aku membacanya di suatu laman, tidak ada keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan keputusan yang pernah kau buat saat itu juga. Karena setiap keputusan yang diambil tidak pernah menghadirkan secara langsung bahwa ada keputusan yang lebih baik. Semua sudah bagian dari proses yang kita usahakan, bahkan sudah ditetapkan-Nya.

Tiga tahun pandemi berlalu, maka hampir dua tahun pula masa kerjaku. Aku bertemu banyak orang baru --yang kali ini menjadi rekan kerjaku yang luar biasa baiknya-- sungguh, sangat baik; mengunjungi banyak tempat baru, menemukan sudut pandang berpikir yang baru (tidak pernah terbersit olehku) bagaimana menyelesaikan persoalan kerjaan di tempat kerjaku, hingga... aku merasa aku menemukan diriku yang baru ku ketahui: senang bertemu dan berkenalan dengan orang yang baru ku temui.

Hanya ada ucap syukurku atas semua kebahagiaan dan karunia yang sudah Dia berikan padaku di masa-masa ini. Rekan kerja yang suportif, bahkan penyayang dan menggembirakan; pekerjaan yang semuanya bisa ku selesaikan karena ku senangi; tempat baru yang asing dan orang asing yang baik. Mulai dari kepulauan di Sumatera, hampir separuh Pulau Jawa, ke daerah paling utara Indonesia dan bahkan mengunjungi perbatasan negara, menyebrang ke Pulau Lombok dengan seribu masjidnya yang menakjubkan serta bersihnya pantai berpasir putih, hingga sholat di salah satu masjid terapung di Sulawesi Tenggara. Ah... berdosa sekali bila aku tak mengucap syukur. Sungguh.

Tiga tahun pandemi berlalu, aku benar-benar belajar menghargai. Menghargai arti pertemuan, belajar sedikit demi sedikit macam siput untuk memaafkan, mencoba memahami perasaan orang lain tanpa merasa perlu dipahami, hingga perasaan campur aduk atas belajar berproses menjadi dewasa yang ternyata membuatku sedih.

Dulu (sebelum pandemi dan saat masa kuliah), bila ingin bertemu kawan, aku hanya butuh modal untuk keluar kos. Saat ini... aku pernah menempuh perjalanan 1,5 jam dari rumah hanya untuk bertemu kawan yang transit di Stasiun Pasar Senen karena ia dari Aceh akan segera ke Bandung. Aku menempuh perjalanan darat 2 jam dengan bus menuju Banjarmasin dari Banjarbaru untuk bertemu kawan yang melalui perjalanan darat juga dari Barito Kuala. Bahkan, suatu sore, aku pernah sudah masuk kereta untuk pulang di Stasiun Kemayoran, namun ku urungkan dan turun di Stasiun Rajawali lalu bergegas menuju daerah Senen hanya untuk bertemu kawan dari Sumatera Selatan. Sungguh... mahalnya pertemuan saat ini.

Tiga tahun pandemi berlalu, hingga aku sampai di titik saat ini membuatku berpikir... siapkah aku mengarungi perjalanan selanjutnya di hidupku? Yang mungkin harus mengeluarkan diriku dari zona nyaman dan menantangku menuju zona yang tetap menantang, tetapi tidak semua bisa ku prediksi? Seorang psikolog yang memeriksa hasil tes Mineesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ku menyatakan aku adalah orang yang penuh optimisme dan pandai berpikir positif. Namun, pada lembar kali ini, sekali lagi, aku bertanya pada diriku.

Sudah siapkah kau?

Membagi rasa yang paling jujur di dalam hati ini. Kepada seseorang, kepada situasi, dan kepada kejadian yang akan ku lewati nanti... dengan sebaik-baiknya diriku.

Ku harap Dia membimbingku selalu.


Dalam bingkai: 
Orang, pemandangan, dan potret pengalaman paling menarik di Kalimantan Utara


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Kun Anta

Resensi Buku Bidadari Bermata Bening

Payung Pertemuan